
Makassar – Bek asing PSM Makassar asal Cape Verde, Yuran Fernandes blak-blakan menyinggung kualitas kompetisi Liga 1 Indonesia sarat dengan praktik korupsi. Ia melontarkan kritik itu usai berlaga melawan PSS Sleman pada Sabtu malam, 4 Mei 2025.
Melalui unggahan Instagram Stories-nya, Ahad pagi (4/5), Yuran tampak masih geram dengan keputusan wasit VAR pada laga semalam. Ia menyindir wasit VAR itu berlaku tak profesional.
“Sepak bola di Indonesia hanya candaan, makanya level dan korupsinya tetap sama,” tulis @yur4nfernandes di Instagram Stories-nya.
Dalam unggahannya, Yuran membandingkan golnya yang dianulir wasit pada laga semalam dengan gol Virgil van Dijk saat membela Liverpool. Ia juga menyindir bahwa sepak bola Indonesia hanya cocok bagi pemain yang sekadar ingin mencari uang, bukan untuk membangun karier.
“Jika Anda ingin menghasilkan uang, Anda bisa datang ke Indonesia, jika anda ingin bermain sepak bola serius, menjauhlah dari Indonesia,” sindir Yuran.
Kekalahan dari PSS Sleman pada laga semalam membuat PSM Makassar terperosok ke peringkat sembilan klasemen sementara Liga 1 musim 2024/2025. Hasil ini menambah panjang daftar inkonsistensi Juku Eja yang belum mampu tampil meyakinkan sepanjang paruh awal musim.
Tak hanya Yuran, Pelatih PSM Makassar, Bernardo Tavares, ikut melontarkan kritik keras terhadap keputusan wasit dalam laga kontra PSS Sleman. Ia mempertanyakan anulir gol Yuran di babak pertama dan membandingkannya dengan insiden Fahrul Aditia yang didorong di kotak penalti namun tak dianggap pelanggaran.
“Saya kira wasit sangat berpengaruh dalam pertandingan ini, Fahrul (Pemain PSM) didorong tapi dianggap bukan pelanggaran, sementara gol Yuran dianulir karena pelanggaran,” kata Tavares saat konferensi pers usai laga.
Tavares menilai gol ketiga PSS Sleman seharusnya dianulir karena Gustavo Tocantins lebih dulu melakukan pelanggaran terhadap Syahrul Lasinari. Namun wasit tetap membiarkan permainan berjalan hingga akhirnya PSM Makassar kebobolan.
Pelatih asal Portugal itu bahkan mengatakan jika wasit tak mampu menjalankan tugas secara adil dan profesional, ia lebih memilih menurunkan tim U-18. Menurutnya, percuma membawa tim utama jika pertandingan tidak dipimpin dengan semestinya.
“Kalau memang begini, kenapa tidak diberi tahu sejak awal? Saya bisa kirim U-18 atau U-20 ke sini,” tandas dia.
Editor: (AUD)